Sabtu, 30 Juli 2011

Ternyata Para Sahabat Juga Tidak Manqul Tidak Apa-Apa

Sebenarnya saya sudah malas menulis lagi. Kenapa? Karena saya melihat postngan Rikrik makin lama makin aneh saja, makin berusaha memojokkan, terlihat sekali sifat sakit hatinya kepada agama Islam yang haq.

Tapi karena belakangan saya melihat ada beberapa group di facebook dan website yang menampilkan blog saya ini, akhirnya saya putuskan untuk sedikit menulis lagi.

Ketika melihat bog Rikrik, saya tertuju pada judul berbahas Sunda yang saya tidak tahu artinya. Yang ternyata di bawahnya ada artinya: Ternyata Para Sahabat juga tidak manqul tidak apa-apa. Setelah melihat penjelasannya, duh, baru terlihat kedangkalan ilmu si Rikrik ini. Inilah kenapa ilmu di dalam agama Islam itu tidak bisa hanya dengan membaca saja, karena Islam itu bukan potongan-potongan, tapi merupakan suatu kesatuan yang tidak dipisahkan.

Saya jelaskan sedikit saja mengenai tulisan yang ditemukan oleh para sahabat:
1. Tulisan di pedang tersebut sudah diserahkan kepada, yaitu manqul dengan metode munawalah. Hanya saja tempatnya ditaruh dalam bentuk pedang.
2. Tulisan di pedang Nabi itu hanya berupa kesimpulan. Ingat, ini pedang Nabi lho. Otomatis pemegangnya adalah orang terdekat Nabi, yang sudah faham hukum2 dasar agama Islam, yang salah satunya adalah zakat. Pada zaman Nabi, hadits itu memang tidak boleh ditulis, karena Nabi takut bercampur dengan penulisan Al-Qur'an. Jadi tulisan di pedang itu hanyalah berupa rangkuman, supaya tidak lupa.

Lebih jelasnya dapat dilihat di salah satu postingan rekan kami tentang wajibnya Manqul: http://kesesatan-ldii.blogspot.com/2010/10/kesesatan-manqul.html

Berikut artikel terkait, untuk menunjukan kebodohan Rikrik si penulis. Eh maaf, dia tidak bodoh, hanya saja terlalu sakit hati, sehingga yang tadinya pintar malah jadi terlihat bodoh.

====================================

Teu kenging maca buku (jiga kumpeni)...


Geningan Para Sahabat Oge Teu Manqul Teu Kunanaon??

(Ternyata Para Sahabat juga tidak manqul tidak apa-apa Bahasa Sunda)


Ckckckck…..

Al-Khatib Al-Baghdadi rahimahullahu dalam Al-Kifayah,

أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ شَاذَانَ، أنا أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيهُ النَّجَّادُ، ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِسْحَاقَ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفَرْوِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ , عَنْ نَافِعٍ , عَنِ ابْنِ عُمَرَ , أَنَّهُ وَجَدَ فِي قَائِمِ سَيْفِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَحِيفَةً فِيهَا: «لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسٍ مِنَ الْإِبِلِ صَدَقَةٌ , فَإِذَا كَانَتْ خَمْسًا فَفِيهَا شَاةٌ , وَفِي عَشْرٍ شَاتَانِ , وَفِي خَمْسَ عَشْرَةَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ , وَفِي عِشْرِينَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ , فَإِذَا بَلَغَتْ خَمْسًا وَعِشْرِينَ فَفِيهَا ابْنَةُ مَخَاضٍ , وَذَكَرَ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ»

Mengkhabarkan kepada kami Al-Hasan ibn Abu Bakr ibn Syadzan, beliau berkata : mengkhabarkan kepada kami Ahmad ibn Sulaiman An-Najad Al-Faqihi, beliau berkata, menceritakan kepada kami Ismail ibn Ishaq, beliau berkata, menceritakan kepada kami Ishaq ibn Muhammad Al-Farawi, beliau berkata, menceritakan kepada kami Abdullah ibn Umar dari Nafi dari Ibn Umar. Sesungguhnya beliau mendapatkan pada gagang pedang peninggalan Umar ibn Khattab radhiyallahu’anhu sebuah lembaran (tertulis didalamnya): “Tidak ada zakat di bawah lima unta, jika ada lima unta maka (zakatnya) satu kambing, pada sepuluh (zakatnya) dua kambing, pada lima belas (zakatnya) tiga kambing dan pada dua puluh (zakatnya) empat kambing. Apabila sampai dua puluh lima maka (zakatnya) anak unta yang umurnya masuk dua tahun. - beliau menyebutkan hadis dengan panjang- .

Semisal atsar ini juga dinukil dari perbuatan Abu Bakar, Umar, Ali dan Aisyah –semoga Allah meridhoi mereka semuanya-.

Pertama, dari perbuatan Abu Bakar radhiyallahu’anhu dan Umar radhiyallahu’anhu. Dikeluarkan oleh Abdurrazaq (no. 9887, 9905, 9963, 9977, 9997), Abu Dawud (no. 1568), Tirmidzi (no. 621) dan Ahmad (no. 4632),

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَتَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِتَابَ الصَّدَقَةِ فَلَمْ يُخْرِجْهُ إِلَى عُمَّالِهِ حَتَّى قُبِضَ فَقَرَنَهُ بِسَيْفِهِ فَعَمِلَ بِهِ أَبُو بَكْرٍ حَتَّى قُبِضَ ثُمَّ عَمِلَ بِهِ عُمَرُ حَتَّى قُبِضَ فَكَانَ فِيهِ

Dari Salim dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menulis catatan mengenai zakat dan beliau tidak mengeluarkannya kepada para pegawainya hingga beliau meninggal. Beliau menyimpan catatan itu pada pedangnya. Kemudian beramal dengan catatan itu Abu Bakr hingga ia meninggal, kemudian dilaksanakan oleh Umar hingga ia meninggal. Catatan tersebut berisi…. (ini lafazh Abu Dawud).

Dengan lafazh ini juga dalam Al-Amali karya Ibnu Janzawaih (no. 1392), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 1443), dan Baihaqi (no. 7252).

Kedua, dari Ali radhiyallahu’anhu. Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Barr (1/304) no. 393 –cet Darul Ibnu Al-Jauzi), disebutkan dalam Musnad Asy-Syafi’i (1/198 – cet Darul Kutub Al-Ilmiyah), Baihaqi dalam Sunan juga dari jalan Asy-Syafi’i (no. 15894), semuanya dari jalan Abi Ja’far Muhammad bin Ali dari Ali yang berkata:

وُجِدَ فِي قَائِمِ سَيْفِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَحِيفَةٌ فِيهَا مَكْتُوبٌ

“Aku menemukan dalam gagang pedang Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sebuah tulisan didalamnya termaktub….” (ini lafazh Ibnu Abdil Barr).

Ketiga, dari Aisyah radhiyallahu’anha. Dikeluarkan oleh Al-Mawardzi dalam As-Sunnah (no. 282 – Tahqiq Salim Ahmad As-Salafi), Abu Ya’la (8/198-199) no. 4757, Ad-Daruquthni dalam Sunan (3249), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (no. 8024), dan Baihaqi (no. 15896, 15915), Aisyah radhiyallahu’anha berkata,

وُجِدَ فِي قَائِمِ سَيْفِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِتَابَانِ فِي أَحَدِهِمَا

“Aku menemukan dalam gagang pedang Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dua buah surat dalam salah satu dari keduanya (tertulis)…” (ini lafazh Al-Mawardzi).

Al-Hakim berkata, “Hadits ini shahih isnadnya dan mereka tidak mengeluarkannya”, Adz-Dzahabi berkata, “Shahih”. Disebutkan Al-Haitsami dalam Majma az-Zawaid (6/295), “Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan rijalnya shahih selain Malik bin Abi Ar-Rojul dan sungguh dia ditsiqahkan oleh Ibnu Hibban dan tidak didhaifkan oleh seorang pun”.

Ieu sanes hiji-hiji na dalil, seueur dalil lain na ngeunaan batalna ilmu manqul, aduh kumaha atuh jokam?? (ini bukan satu-satunya dalil, banyak dalil lainnya mengenai batalnya ilmu manqul, aduh bagaimana dong jokam? –bahasa Sunda)