Saya berusaha meluruskan postingan tentang sholat hifdzhi di blog lain (yang artikelnya ada di bagian bawah artikel saya ini) yang melakukan taklik buta tentang derajat hadits, tanpa melihat dahulu latar belakangnya. Misalnya jika ada ulama (terutama ulama favoritnya) yang mengatakan dhoif pada suatu hadits, maka dipastikan hadits itu dhoif. Padahal ulama lain (bahkan perowinya sendiri) mengatakan hadits ini shohih atau hasan. Ini yang tidak boleh kita ikuti.
Berbagai ulama seringkali berbeda pendapat tentang penentuan derajat hadits. Misalnya kadang Bukhori menentapkan suatu hadits itu shohih, Muslim menetapkannya sebagai dhoif, atau sebaliknya. Ini berkaitan dengan kehati-hatian mereka dalam menentukan derajat hadits. Dan bukan dipastikan bahwa mereka tahu pasti bahwa suatu hadits ini pasti dari Nabi ataupun tidak. Dan mereka hidup di zaman sekitar 100-300 tahun setelah zaman Nabi dan para shohabat. Mereka saja masih sangat berhati-hati dalam menentukan suatu derajat hadits. apalagi kita, yang hidup di zaman sekitar 1400 tahun setelah zaman Nabi!! Tentunya kita tidak boleh melakukan taqlid buta, jika suatu hadits dikatakan dhoif oleh seorang ulama, lalu pasti tidak boleh dikerjakan.
Terlepas dari postingan mengenai hadits hifdzhi ini yang dituliskan di blog sebelah bahwa hadits ini dhoif (padahal ada ulama yang mengatakan hasan, bahkan shohih), sudah banyak warga LDII yang melakukannya, dan hasilnya terbukti, mudah menghapal. Jadi, terserah Anda, ingin melakukannya atau tidak dengan bukti seperti yang saya tuliskan ini. Saya sendiri pun sudah membuktikannya. Apalagi ada ayat Al-Qur'an yang sejalan dengan menghafal ini, yaitu:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (QS. Al-Baqoroh: 45)
Adapun ulama yang meriwayatkan hadits ini adalah Tirmidzi dan Hakim, juga terdapat pada hadits Thobroni. Berikut ini hadits mengenai sholat hifdzhi.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ:
بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذْ جَاءَهُ عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ فَقَالَ بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى تَفَلَّتَ هَذَا الْقُرْآنُ مِنْ صَدْرِى فَمَا أَجِدُنِى أَقْدِرُ عَلَيْهِ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَا أَبَا الْحَسَنِ أَفَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهِنَّ وَيَنْفَعُ بِهِنَّ مَنْ عَلَّمْتَهُ وَيُثَبِّتُ مَا تَعَلَّمْتَ فِى صَدْرِكَ قَالَ أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَعَلِّمْنِى. قَالَ إِذَا كَانَ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَقُومَ فِى ثُلُثِ اللَّيْلِ الآخِرِ فَإِنَّهَا سَاعَةٌ مَشْهُودَةٌ وَالدُّعَاءُ فِيهَا مُسْتَجَابٌ وَقَدْ قَالَ أخِى يَعْقُوبُ لِبَنِيهِ (سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّى) يَقُولُ حَتَّى تَأْتِىَ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقُمْ فِى وَسَطِهَا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقُمْ فِى أَوَّلِهَا فَصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِى الرَّكْعَةِ الأُولَى بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةِ يس وفي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَحم الدُّخَانَ وفي الرَّكْعَةِ الثَّالِثَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ وفي الرَّكْعَةِ الرَّابِعَةِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَتَبَارَكَ الْمُفَصَّلَ فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ التَّشَهُّدِ فَاحْمَدِ اللَّهَ وَأَحْسِنِ الثَّنَاءَ عَلَى اللَّهِ وَصَلِّ عَلَىَّ وَأَحْسِنْ وَعَلَى سَائِرِ النَّبِيِّينَ وَاسَتَغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلإِخْوَانِكَ الَّذِينَ سَبَقُوكَ بِالإِيمَانِ ثُمَّ قُلْ فِى آخِرِ ذَلِكَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِى بِتَرْكِ الْمَعَاصِى أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِى وَارْحَمْنِى أَنْ أَتَكَلَّفَ مَا لاَ يَعْنِينِى وَارْزُقْنِى حُسْنَ النَّظَرِ فِيمَا يُرْضِيكَ عَنِّى اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِى لاَ تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُلْزِمَ قَلْبِى حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِى وَارْزُقْنِى أَنْ أَتْلُوَهُ عَلَى النَّحْوِ الَّذِى يُرْضِيكَ عَنِّى اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِى لاَ تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِى وَأَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِى وَأَنْ تُفَرِّجَ بِهِ عَنْ قَلْبِى وَأَنْ تَشْرَحَ بِهِ صَدْرِى وَأَنْ تَغْسِلَ بِهِ بَدَنِى لأَنَّهُ لاَ يُعِينُنِى عَلَى الْحَقِّ غَيْرُكَ وَلاَ يُؤْتِيهِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيمِ يَا أَبَا الْحَسَنِ تَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ أَوْ خَمْسَ أَوْ سَبْعَ تُجَابُ بِإِذْنِ اللَّهِ وَالَّذِى بَعَثَنِى بِالْحَقِّ مَا أَخْطَأَ مُؤْمِنًا قَطُّ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ فَوَاللَّهِ مَا لَبِثَ عَلِىٌّ إِلاَّ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا حَتَّى جَاءَ عَلِىٌّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى مِثْلِ ذَلِكَ الْمَجْلِسِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ فِيمَا خَلاَ لاَ آخُذُ إِلاَّ أَرْبَعَ آيَاتٍ أَوْ نَحْوَهُنَّ وَإِذَا قَرَأْتُهُنَّ عَلَى نَفْسِى تَفَلَّتْنَ وَأَنَا أَتَعَلَّمُ الْيَوْمَ أَرْبَعِينَ آيَةً أَوْ نَحْوَهَا وَإِذَا قَرَأْتُهَا عَلَى نَفْسِى فَكَأَنَّمَا كِتَابُ اللَّهِ بَيْنَ عَيْنَىَّ وَلَقَدْ كُنْتُ أَسْمَعُ الْحَدِيثَ فَإِذَا رَدَّدْتُهُ تَفَلَّتَ وَأَنَا الْيَوْمَ
أَسْمَعُ الأَحَادِيثَ فَإِذَا تَحَدَّثْتُ بِهَا لَمْ أَخْرِمْ مِنْهَا حَرْفًا. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عِنْدَ ذَلِكَ مُؤْمِنٌ وَرَبِّ الْكَعْبَةِ يَا أَبَا الْحَسَنِ.
Dari Ibn Abbas, dia berkata ;
Ketika kami duduk di sisi Rosululloh Sholalloohu 'Alaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah Ali bin Abi Tholib Rhodhiallohu 'Anhu, dia kemudian berkata ; “Wahai Rosululloh, Al-Quran ini telah terlepas dari dadaku, maka aku tidak menemukan diriku mampu menguasainya”.
Rosul lalu bersabda; “Wahai Abal Hasan (maksudnya Ali, yang memiliki anak bernama Hasan), maukah kau kuajari beberapa kalimat yang Alloh memberikan kemanfaatan padamu dengannya, dan orang-orang yang kau ajari kalimat itu, dan mengukuhkan apa yang kau pelajari dalam dadamu?”
Ali menjawab ; “Ya, wahai rosululloh, ajarilah aku!”.
Rasul bersabda ; “ketika malam jum’at, kalau kamu mampu untuk bangun pada 1/3 akhir malam yang akhir (maka bangunlah), karena sesungguhnya itu adalah waktu yang disaksikan (oleh Alloh), dan berdoa pada waktu itu dikabulkan. Bahakan saudaraku [Nabi] Ya’qub berkata kepada putranya ; “Aku akan memintakan ampun kalian pada tuhanku”, ia berkata (demikian) sampai datanglah malam Jumat. Jika kamu tak mampu maka (bangunlah) pada tengah malamnya, jika kau tak mampu maka pada awalnya, kemudian sholatlah empat roka’at, pada roka’at pertama kau membaca Al-fatihah dan (surat) Yasin, pada roka’at kedua membaca Al-fatihah dan Haamim (surat) Ad-Dukhan, pada roka’at ketiga membaca Al-Fatihah dan Alif lam mim Tanzil (surat) As-Sajdah. Pada roka’at keempat membaca fatihah dan Tabarok Mufashshol (surat Al-Mulk). Lalu ketika kau telah selesai dari Tasyahhud (Tahiyyat Akhir) maka pujilah Allah dan baguskanlah pujian pada Allah, dan bersholawatlah kepadaku dan baguskanlah, juga kepada Nabi-nabi yang lain, dan mintakanlah ampunan bagi mukminin dan mukminat dan juga bagi saudara-saudaramu yang telah mendahului kamu dengan iman kemudian ucapkanlah pada akhir hal itu ;
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِى بِتَرْكِ الْمَعَاصِى أَبَدًا مَا أَبْقَيْتَنِى وَارْحَمْنِى أَنْ أَتَكَلَّفَ مَا لاَ يَعْنِينِى وَارْزُقْنِى حُسْنَ النَّظَرِ فِيمَا يُرْضِيكَ عَنِّى اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِى لاَ تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُلْزِمَ قَلْبِى حِفْظَ كِتَابِكَ كَمَا عَلَّمْتَنِى وَارْزُقْنِى أَنْ أَتْلُوَهُ عَلَى النَّحْوِ الَّذِى يُرْضِيكَ عَنِّى اللَّهُمَّ بَدِيعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ وَالْعِزَّةِ الَّتِى لاَ تُرَامُ أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ يَا رَحْمَنُ بِجَلاَلِكَ وَنُورِ وَجْهِكَ أَنْ تُنَوِّرَ بِكِتَابِكَ بَصَرِى وَأَنْ تُطْلِقَ بِهِ لِسَانِى وَأَنْ تُفَرِّجَ بِهِ عَنْ قَلْبِى وَأَنْ تَشْرَحَ بِهِ صَدْرِى وَأَنْ تَغْسِلَ بِهِ بَدَنِى لأَنَّهُ لاَ يُعِينُنِى عَلَى الْحَقِّ غَيْرُكَ وَلاَ يُؤْتِيهِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيمِ
Wahai Alloh, Rohmatilah aku dengan meninggalkan maksiat selamanya selagi engkau menetapkanku (membiarkan hidup), dan rohmatilah aku dari melakukan perkara yang tidak berguna bagiku, dan berikanlah aku baiknya penglihatan kepada perkara yang membuat Engkau ridho padaku.
Wahai Alloh yang menciptakan langit dan bumi, yang mempunyai keagungan, penghormatan dan kemuliaan yang tidak dapat dicapai (oleh makhluk-Nya), aku memintamu Ya Alloh…. Zat Yang Maha Penyayang… demi keagungan-Mu dan cahaya “wajah-Mu” agar engkau menetapkan hatiku untuk menghapal kitabmu sesuai dengan yang engkau ajarkan padaku, dan berikanlah aku taufik untuk membaca kitabmu sesuai dengan cara yang membuatmu ridho padaku. Wahai Alloh, Pencipta langit dan bumi yang mempunyai keagungan, penghormatan dan kemuliaan yang tidak dapat dicapai (oleh makhluk-Nya), aku memintamu Ya Alloh…. Zat Yang Maha Penyayang… agar engkau menyinari penglihatanku dengan kitabmu, dan agar kau membuat lisanku berucap dengannya, dan agar kau hilangkan dengannya kesusahan dari hatiku dan engkau lapangkan dengannya dadaku, dan agar kau membuat tubuhku mengamalkanya karena sesungguhnya tidak ada yang mampu menolongku pada kebenaran kecuali Engkau dan tidak ada yang mampu mendatangkanyya kecuali Engkau.
Tidak ada daya dan upaya selain dari Alloh yang maha tinggi lagi maha agung.
Wahai Abal Hasan (Ali), engkau lakukan itu dalam tiga jumat atau lima atau tuju, maka engkau akan dikabulkan dengan ijin Allah. Dan demi dzat yang Alloh mengutusku dengan kebenaran, Aku tidak pernah menyalahi seorang mukmin sama sekali.”
Ibn Abbas berkata ; “maka demi Alloh tidak sampai Ali lima atau tujuh pekan sehingga ia datang pada Rosululloh dalam tempat yang sama lalu berkata ; “Wahai Rosululloh, sesungguhnya aku dahulu tidak mengambil (menghapal) kecuali empat ayat atau semisalnya, dan ketika aku membacakannya pada diriku ia terlepas. Dan sekarang aku mempelajari 40 ayat dan semisalnya lalu ketika aku membacakannya pada diriku maka seolah-olah kitab Alloh ada dihadapan kedua mataku, dan dulu aku mendengarkan hadist lalu ketika aku mengulanginya, ia terlepas. Dan sekarang aku mendengar banyak hadist lalu ketika kau berucap dengannya, aku tidak mengurangi darinya suatu apapun."
Maka Rosulullah berkata kepadanya ketika itu ; “Engkau seorang mukmin, Demi pemilik Ka’bah, wahai Abal Hasan!
Berikut ini postingan di blog sebelah yang melakukan taqlid buta bahwa suatu hadits itu dhoif tanpa memperhatikan alasannya dan bukti orang-orang yang sudah melakukannya.
====================================================
Shalat Hifdhi (Hapalan)
Menghafal Al-Qur’an merupakan perkara yang ma’ruf dikalangan ahli ilmu, mereka senantiasa menghafal dan mempelajari Al-Qur’an sebelum menyebut-nyebut hadits. Bahkan sebagian lagi mewajibkan muridnya untuk menghapal al-Qur’an sebelum membacakan kitab-kitab sunnah kepadanya.
Tetapi, shalat untuk menghafal Al-Qur’an (Hifdhi) yang dikenal para penghapal tidak dikeluarkan oleh dalil yang kuat kecuali oleh hadits maudhu (palsu).
Yaitu menggunakan hadits :
عن بن عباس أنه قال بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ جاءه علي بن أبي طالب فقال بأبي أنت وأمي تفلت هذا القرآن من صدري فما أجدني أقدر عليه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا أبا الحسن أفلا أعلمك كلمات ينفعك الله بهن وينفع بهن من علمته ويثبت ما تعلمت في صدرك قال أجل يا رسول الله فعلمني قال إذا كان ليلة الجمعة…
Artinya: Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, sesungguhnya beliau berkata, “Suatu ketika kami disisi Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam, ketika itu datang Ali ibn Abi Thalib, lalu Ali radhiyallahu’anhu berkata, “Dengan Bapakku Engkau dan Ibuku, telah hilang (hapalan) Al-Qur’an dari dadaku, sehingga aku benar-benar tidak menguasai al-Qur’an”. Berkata Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam, “Ya Abu Hasan, maukah engkau aku ajari suatu kalimat yang memberi manfaat Allah dengan kalimat itu sehingga kamu tidak akan mudah lupa pada apa-apa yang telah engkau pelajari?”. Ali berkata, “Ajarilah aku ya Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam”. Nabi shallallahu’alaihi wasalam bersabda, “Ketika tiba malam jum’at… dan seterusnya sebuah hadits yang panjang”.
Hadits ini mungkar bisa jadi maudhu. Dikeluarkan oleh para ahli hadits, dari jalan Sulaiman ibn Abdurrahman Ad-Dimasyqi dari Walid ibn Muslim, menceritakan kepada kami Ibn Juraij dari Atho ibn Abi Rubaah dan Ikrimah maula Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, yaitu oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya (5/363) no. 3570, pada bab : باب في دعاء الحفظ . Beliau berkata, “Hadits ini hasan gharib, tidak dikeluarkan kecuali dari hadits Al-Walid ibn Muslim”, Imam Al-Khathib dalam Al-Jami’ li Ahlaq Ar-Rawi wa Adab As-Sami’ (2/259) no. 1792 dan Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak pada bab: من كتاب صلاة التطوع (1/461) no. 1190, di akhir hadits beliau berkata, “Shahih dengan syarat syaikhain”. Dan hadits ini tidak seperti yang dikatakan oleh Tirmidizi atau Al-Hakim, bahkan didalamnya terdapat Walid ibn Muslim dia mudalis seperti yang ma’ruf. Syaikh Al-Muhadits Al-Albani mengatakan dalam Silsilah Adh-Dha’ifah (7/382) no. 3374, bahwa hadits ini dikeluarkan juga oleh Al-Ashbahani dalam At-Targhib (127/2), Ibnu Atsakir dalam Juz’a Akhbar Hafidz Al-Qur’an (Q 84/2-86-2) dan Adh-Dhiya dalam Al-Mukhtarah (65/64/1-2) dari jalan yang sama. Beliau berkata, “Hadits ini mungkar”, sedangkan dalam Dha’if Sunan Tirmidzi beliau berkata, “Maudhu”. Adz-Dzahabi dalam Mizan Al-I’tidal jilid 2 biografi no. 3487, menyebutkan hadits ini sambil berkata, “Hadits ini mungkar sekali”.
Hadits ini sama sekali tidak bisa dikuatkan oleh hadits lain yang dikeluarkan dari jalan Muhammad ibn Ibrahim Al-Qurasiyu, menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Ikrimah dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, semisal hadits diatas, bahkan justru menguatkan kepalsuan hadits diatas. Hadits itu dikeluarkan oleh Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wa Lailah no. 572, Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir (11/367) no. 12036 dan Al-Aqili dalam Dhu’afa Al-Kabir (7/346) no. 1721.
Di dalam sanadnya terdapat Abu Shalih, dia adalah Ishaq ibn Najih Al-Malathi dia ini tertuduh telah berdusta. Ahmad ibn Hambal, Ibnu Ma’in dan selain mereka menganggapnya pendusta. Bukhari berkata, “Mungkarul hadits”. Nasai berkata, “Matrukul hadits”. Dia ini pernah mengaku meriwayatkan dari Ibn Juraij, maka bisa jadi dia lah pembuat hadits shalat hifdzi ini yang kemudian dikutip Walid ibn Muslim, wallahu’alam.